Surat Terbuka untuk Alarm yang Tidak Pernah Saya Dengar
Pengantar yang Seharusnya Sudah Terlambat
Pernahkah kamu bangun jam 11 siang dan berkata,
> “Lho, padahal tadi pasang alarm jam 6…”
Selamat. Kamu bukan sendiri.
Karena saya juga begitu.
Bahkan saya punya hubungan rumit dengan alarm.
Dan inilah... surat terbuka saya untuk alarm di HP sendiri.
---
Bab 1: Alarm, Kita Dulu Dekat
Hai, Alarm.
Ingat nggak pertama kali aku kenal kamu?
Waktu SD. Bentukmu masih jam meja warna hijau yang suaranya kayak berantem sama panci.
Kamu membangunkanku tiap subuh. Meski kadang aku lempar kamu ke bawah kasur, kamu tetap bunyi.
Itulah cinta.
Cinta yang bising dan memaksa.
Tapi seiring waktu, kamu berubah.
Atau aku yang berubah?
---
Bab 2: Evolusi Alarm Digital
Kini kamu ada di HP-ku.
Kita sudah canggih. Bisa set waktu, nada, bahkan ada pilihan “lagu favorit” sebagai nada bangun.
Tapi kamu tahu apa yang terjadi?
Saya ganti alarm jadi lagu BTS – niatnya biar bangun semangat.
Tapi karena terlalu asik, saya malah ikut nyanyi dalam mimpi.
Bukannya bangun, saya konser.
---
Bab 3: Trik-Trik Alarm yang Gagal
Saya sudah coba semua metode alarm:
1. Set alarm 5 menit sekali.
Jam 5:00.
Jam 5:05.
Jam 5:10.
Jam 5:15.
Akhirnya tidur makin nyenyak karena terbiasa dengan jeda bunyi.
2. Ganti nada alarm dengan suara mantan.
Suara dia bilang: “Bangun dong, kita udah putus.”
Efeknya?
Saya bangun... lalu nangis.
3. Pakai aplikasi alarm pintar.
Ada alarm yang nggak bisa dimatikan kecuali kamu jawab soal matematika.
Saya bangun jam 6 pagi, malah dihajar soal:
> “2x + 3 = 11. Hitung x.”
Saya pasrah.
Lalu uninstall aplikasinya.
---
Bab 4: Alarm dan Snooze: Sebuah Toxic Relationship
Tombol snooze itu seperti mantan toxic:
Kamu tahu dia salah, tapi tetap kamu tekan.
> “Cuma 5 menit lagi...”
“Cuma 1 kali snooze…”
“Cuma sampe mimpi aku selesai…”
Akhirnya?
Jam 5:00 berubah jadi jam 8:45.
Kamu bangun dengan rambut seperti sarang burung, napas naga, dan notifikasi:
> “Dosen sudah absen.”
---
Bab 5: Alarm dan Eksistensinya yang Dipertanyakan
Saya pernah bangun siang dan cek alarm saya.
Ternyata masih ON.
Nada sudah maksimal. Volume mentok.
Tapi saya tetap tidak dengar.
Pertanyaan besar muncul:
> “Apakah alarm itu benar-benar bunyi?”
“Atau hanya imajinasi kolektif umat manusia seperti pajak dan diet?”
---
Bab 6: Alarm Sering Jadi Kambing Hitam
Saya pernah telat kerja dan bilang ke bos:
> “Maaf, alarm saya nggak bunyi.”
Padahal alarmnya bunyi,
tapi saya mimpi sedang merayakan ulang tahun T-rex di gunung es.
Saya juga pernah telat kencan dan bilang:
> “Maaf, HP-nya hang.”
Padahal HP-nya sehat, saya aja yang set alarm jam 7 malam, bukan 7 pagi.
---
Bab 7: Alarm yang Tidak Bunyi Tapi Menghantui
Ada kalanya saya set alarm tapi lupa hari.
Hari Minggu, saya pasang alarm jam 5.
Dan dia pun berbunyi. Keras. Tegas. Tegang.
Saya bangun panik, mandi buru-buru, pakai baju, lari ke jalan…
…dan sadar: TIDAK ADA SEKOLAH HARI INI.
Saya berdiri di pinggir jalan, dengan rambut basah dan mata kosong.
Alarm menang.
---
Bab 8: Alarm Orang Lain
Kalau alarm saya sendiri tidak pernah berhasil membangunkan saya…
…kenapa alarm HP teman kos yang cuma bunyi “Ting-Ting” bisa membuat saya terbangun dan ingin lempar HP-nya keluar jendela?
Kenapa alarm sendiri terdengar seperti lullaby,
tapi alarm orang lain terdengar seperti sirine kiamat?
---
Bab 9: Teori Konspirasi: Apakah Alarm Sebenarnya Agen Rahasia?
Kadang saya curiga…
Bagaimana kalau alarm sebenarnya adalah alat rahasia untuk membuat manusia tidak percaya diri?
Kita pasang alarm 7x sehari, tapi tetap telat.
Kita salahkan alarm, bukan sistem tidur yang rusak.
Kita jadi merasa gagal, padahal cuma butuh 9 jam tidur tanpa dosa.
Atau mungkin… alarm dikendalikan oleh alien untuk melemahkan produktivitas bumi?
Mungkin saya kurang tidur.
---
Bab 10: Solusi yang Tidak Berguna Tapi Lucu
Saya sudah mencoba solusi berikut:
Pasang alarm di kamar mandi.
→ Hasil: Saya lari ke sana dalam mimpi.
Alarm dengan suara ibu saya.
→ Hasil: Saya trauma waktu bangun karena suara: “Cepet bangun, kamu pikir nasi goreng masak sendiri!?”
Alarm dengan timer nasi.
→ Hasil: Nasinya jadi bubur.
---
Epilog: Alarm, Kita Bertahan Tapi Tak Saling Mengerti
Alarm,
Kamu telah setia padaku.
Kamu bunyi tiap hari, tanpa keluhan, tanpa gaji, tanpa cinta yang dibalas.
Tapi aku tetap tidak bangun.
Mungkin masalahnya bukan di kamu,
Mungkin di aku yang terlalu berharap bisa berubah hanya dengan suara bip.
Tapi, kita akan terus bersama.
Sampai hari ketika aku benar-benar bangun jam 5 subuh…
…tanpa niat kembali tidur setelah pipis.
---
Salam ngantuk selamanya,
Dari aku, manusia yang pasang alarm hanya untuk ingat bahwa waktu terus berjalan.